Kemampuan Siswa Indonesia Masih di Bawah Rata-Rata – Apa yang Perlu Diperbaiki?

Sangat disayangkan.. Kemampuan siswa Indonesia usia 15 tahun dalam bidang sains, matematika dan membaca termasuk rendah. Hal ini terungkap dalam laporan Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang dirilis Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

 

APA ITU PISA?

Programme for International Student Assessment (PISA) merupakan program internasional 3 tahunan yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) untuk menilai dan mengukur kemampuan para siswa pada rentang usia 15 tahun dari berbagai negara sejak tahun 2000. Hal ini berdasarkan anggapan ilmiah bahwa anak yang berusia 15 tahun sudah memiliki kemampuan literasi yaitu menganalisis, memberikan alasan serta mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan, hingga memecahkan dan menginterpretasikan permasalahan dalam berbagai situasi dan kondisi. Adapun objek penilaiannya berfokus pada bidang kemampuan membaca, matematika dan sains. Tujuan penilaian dan pembandingan ini tak lain untuk mengetahui keberhasilan siswa di suatu negara pada lingkup ruang kerja.

 

3 FOKUS PENILAIAN PISA

  1. Literasi Membaca
    Meliputi kemampuan siswa dalam memahami, menggunakan, mengevaluasi, merenungkan, dan terlibat dengan teks untuk mencapai tujuan seperti dalam hal pengembangan pengetahuan dan potensi, serta berpartisipasi dalam masyarakat.
     
  2. Literasi Matematika
    Meliputi kemampuan siswa dalam menalar, merumuskan, menggunakan, menafsirkan matematika dalam berbagai konteks sehingga mampu menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi beragam fenomena dalam kehidupan.
     
  3. Literasi Sains
    Meliputi kemampuan siswa dalam menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah serta menafsirkan data dan bukti secara ilmiah berdasarkan 3 konten yakni: sistem fisik, sistem kehidupan, serta sistem ruang dan bumi. Dalam mencapai kemampuan literasi sains, maka dibutuhkan kemampuan literasi membaca dan matematika, sehingga ketiganya sangat berkaitan erat.

 

TUJUAN UTAMA PISA

Pada dasarnya program assessment dari PISA ini memiliki tujuan mendasar, yakni:

  1. Mengetahui kemampuan siswa dalam literasi membaca, menghitung dan sains.
  2. Sebagai indikator keberhasilan sistem pendidikan di suatu negara.
  3. Sebagai salah satu materi evaluasi bagi setiap negara untuk memajukan sistem pendidikan.

 

PISA DI INDONESIA, MEMPRIHATINKAN..

Indonesia telah berpartisipasi dalam penilaian PISA sejak tahun 2000, dimana sejak awal berpartisipasi hingga kini didapati hasil bahwa nilai kemampuan siswa tidak pernah berada di atas rata-rata. Dalam rentang waktu 18 tahun tersebut kemampuan siswa Indonesia tak pernah mengalami kenaikan yang berarti, tak banyak berubah dalam kemampuan memahami bacaan, menghitung dan berpikir secara ilmiah.

Berikut ringkasan data peringkat kemampuan siswa Indonesia usia 15 tahun dalam bidang sains, matematika dan membaca berdasarkan laporan Programme for International Student Assessment (PISA) dari tahun ke tahun:

TAHUN

TOTAL NEGARA PESERTA

PERINGKAT KEMAMPUAN MEMBACA

PERINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

PERINGKAT KEMAMPUAN SAINS

2000

41

39

39

38

2003

41

29

38

38

2009

65

57

61

60

2012

65

61

65

65

2015

72

66

65

64

2018

78

72

72

70


Berdasarkan data PISA terbaru yakni tahun 2018, didapati bahwa kemampuan membaca, matematika dan sains, jika dibandingkan dengan 2 negara tetangga terdekat dari Indonesia, maka Indonesia sedikit tertinggal dari Malaysia, namun selalu tertinggal jauh dari Singapura.

Adapun beberapa daerah Indonesia dengan capaian skor yang cukup memprihatinkan dan termasuk dalam pemetaan Area 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar), antara lain:

  • Papua

  • Nusa Tenggara Timur

  • Papua Barat

  • Maluku

  • Sumatera Utara

  • Sulawesi Tengah

  • Maluku Utara

  • Nusa Tenggara Barat

  • Sumatera Barat

  • Sumatera Selatan

  • Lampung

 

SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA PERLU SEGERA DIPERBAIKI

Data PISA dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa kondisi kemampuan siswa Indonesia masih di bawah rata-rata. Sebuah kenyataan yang tidak mengenakkan namun harus dihadapi dan segera dilakukan langkah-langkah solutif untuk menanganinya agar setiap siswa Indonesia mampu memiliki daya saing internasional. Salah satunya adalah dengan mencari tahu, apa yang perlu diperbaiki dalam sistem pendidikan kita?

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, kondisi Indonesia yang saat ini sedang mengalami krisis literasi merupakan masalah serius yang membutuhkan peran seluruh pihak terkait pendidikan di semua jenjang. Salah satunya adalah dengan cara penguatan tata kerja oleh guru dan sekolah. 

Perlu diketahui, bahwa negara-negara pendiri Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) telah menerapkan sistem taksonomi Bloom yang disebut Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam sistem pendidikan mereka. Sedangkan di Indonesia baru diterapkan sebatas pada ujian nasional, bukan dalam sistem pendidikan.

Sistem taksonomi Bloom yang disebut Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam sistem pendidikan menempatkan hafalan sebagai tingkatan terendah dari kemampuan berfikir. Sayangnya, ‘hafalan’ masih menjadi sistem pendidikan yang umum bagi para siswa di Indonesia. Padahal negara-negara pendiri Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang telah menerapkan sistem taksonomi Bloom dengan melewati setiap tahapan untuk merangsang pola pikir tingkat tinggi para siswa, yakni dimulai dari yang terendah ke yang tertinggi:

  • Lower Order Thinking Skills: Menghafal -> Memahami -> Mengaplikasikan
  • Higher Order Thinking Skills: Analisis -> Evaluasi -> Penciptaan

Setiap tahapan akan menantang siswa ke level yang lebih sulit dan merangsang pola pikir tingkat tinggi, sehingga siswa berdaya analisis, kritis, cakap dalam memecahkan masalah dan evaluasi.

Daripada menghafalkan rumus seperti yang lazim dilakukan siswa di Indonesia, pemahaman konsep, hasil perhitungan dan reaksi kejadian dengan contoh kasus justru akan lebih meningkatkan kemampuan literasi siswa.

Di Indonesia sendiri, pemerintah tengah berkomitmen untuk mengatasi kelemahan sistem pendidikan Indonesia yang merupakan fakta temuan PISA. Beberapa rekomendasi yang diberikan, seperti yang pernah disampaikan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Totok Suprayitno, antara lain:

  1. Sekolah lebih melibatkan siswa dalam membaca, memastikan rangkuman siswa benar-benar disampaikan dengan kata-kata sendiri atau tidak sekedar menyalin isi bacaan, memperkaya jenis bacaan, serta mendorong siswa untuk melakukan aktivitas membaca sebagai hiburan di waktu luangnya.
  2. Pengoptimalan teknologi dan komunikasi (TIK) untuk pembelajaran yang lebih efektif. 

Terkait poin yang ke-2, yakni pengoptimalan teknologi dan komunikasi (TIK) untuk pembelajaran yang lebih efektif, maka sekolah formal maupun non-formal dapat memanfaatkan FEdu.iO karena telah dibekali fitur-fitur lengkap  untuk menunjang sistem pendidikan di Indonesia. Dengan FEdu.iO guru dan pihak sekolah dapat dengan mudah menyusun kurikulum dan melakukan proses kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif untuk setiap siswa sesuai perkembangan dunia pendidikan saat ini. Muatan karakter siswa yang tak luput dari perhatian pendidikan Indonesia saat ini pun juga akan menjadi lebih mudah penerapan dan evaluasinya dengan menggunakan FEdu.iO, (BACA JUGA: PENTINGKAH PENILAIAN SIKAP SISWA SELAMA PJJ DAN MUNGKINKAH DILAKUKAN?). Didukung pula dengan kemudahan komunikasi antara pihak sekolah, siswa dan orangtua, menjadikan FEdu.iO pilihan tepat bagi seluruh lembaga pendidikan untuk membantu akselerasi pencapaian skor kemampuan akademis siswa Indonesia.