Berbeda dengan pekerja lapangan, menjadi karyawan kantoran memang seolah tidak berada dalam kondisi berbahaya. Bekerja di ruangan yang nyaman dan banyak menghabiskan waktu di depan meja kerja saja. Seolah tidak ada ancaman keselamatan yang perlu dirisaukan. Namun, sebetulnya tanpa sadar karyawan kantoran juga menghadapi ancaman keselamatan yang tidak kalah besar. Ancaman tersebut muncul akibat ulah dari karyawan sendiri, yakni melakukan kebiasaan negatif yang dianggap biasa dan tidak berbahaya.
3 kebiasaan berikut ini seringkali dilakukan karyawan bahkan dengan sengaja. Tidak seperti yang dibayangkan, kebiasaan ini dapat mengancam nyawa karyawan. Berikut informasi selengkapnya.
1. Duduk terus menerus atau terlalu lama
Risiko kematian akibat serangan jantung meningkat hingga 64% karena duduk terus menerus selama lebih dari 3 jam. Sementara itu, berdasar penelitian World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa duduk terlalu lama, lebih dari 8—12 jam sehari, dapat menyebabkan sindrom metabolik meningkat hingga 85%. Sindrom metabolik merupakan istilah yang menggambarkan beberapa kondisi buruk pada kesehatan yang dialami secara bersamaan, yakni gula darah tinggi, kolesterol meningkat, hipertensi, dan obesitas. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan munculnya kondisi lain yang lebih berbahaya, seperti stroke dan serangan jantung.
Keduanya, baik duduk terus menerus maupun duduk terlalu lama, biasa dilakukan karyawan kantoran. Belum lagi kebiasaan duduk yang dilakukan di luar jam kerja, seperti saat menonton, menyetir, makan dan ngobrol dengan teman di kafe, dan lain sebagainya. Menambah porsi duduk semakin berlebih. Oleh sebab itu, peregangan otot, olahraga ringan dengan naik turun tangga, dan berdiri sejenak di sela-sela jam kerja sangat dianjurkan.
2. Tunda kencing
Kebiasaan yang satu ini menjadi rutinitas karyawan yang jarang terlewat, mulai dari beberapa menit hingga berjam-jam. Hal yang dianggap sepele tersebut bisa menimbulkan masalah besar. Sejumlah penyakit berbahaya dapat terpicu karena menunda kencing, seperti berbagai infeksi (saluran kencing, kandung kemih, dan ginjal), retensi urine, batu ginjal, hingga gagal ginjal. Sejumlah infeksi tersebut jika dibiarkan dapat memicu pertumbuhan sel kanker.
Tahun 2007 lalu, berita mengejutkan datang dari California, yakni kabar kematian Jennifer Strange (28) karena mabuk air putih setelah menjadi kontestan lomba minum air tanpa kencing (Hold Your Wee for a Wii) yang diadakan oleh radio milik perusahaan Entercom Sacramento. Dampak yang dialami karyawan karena menunda kencing mungkin tidak sefatal apa yang dialami Jennifer. Namun, berbagai risiko penyakit akibat menunda kencing tidak bisa diabaikan.
Tidak sedikit karyawan yang menghabiskan banyak air, tapi menunda kencing karena merasa terganggu dengan frekuensi yang sering. Memang semakin banyak air yang diminum, semakin sering pula rasa ingin buang air kecil. Hal ini wajar dan menandakan bahwa sistem ekskresi Anda bekerja dengan baik. Menunda kecing sama halnya dengan membiarkan zat sisa berada dalam tubuh. Luangkanlah waktu sebentar untuk membuang sisa tubuh yang seharusnya memang segera dikeluarkan atau Anda berisiko membayarnya dengan menderita berbagai penyakit yang mengancam nyawa. Namun, Anda tidak dianjurkan mengurangi minum agar tidak sering kencing karena dengan minum cukup air justru akan mengurangi risiko infeksi dan menjaga ginjal agar tetap sehat.
3. Tahan BAB
Tahukah Anda bahwa menahan BAB dapat menyebabkan kematian? Seorang remaja Inggris, Emily Titterington (16), tahun 2013 lalu meninggal karena tidak bisa BAB selama 8 minggu. Karena terlalu lama tidak BAB, Emily mengalami pembengkakan usus yang menekan beberapa organ dalamnya hingga akhirnya terkena serangan jantung.
Mungkin Anda merasa lega karena tidak menahan BAB selama itu sehingga beranggapan tidak akan jadi masalah atau membahayakan kesehatan. Namun, sependek apapun durasi yang Anda lewatkan untuk tidak segera ke toilet saat ingin BAB, tetap berbahaya. Ketika rasa mulas ditahan dan dibiarkan begitu saja, bisa hilang dan tidak lagi merasa ingin BAB. Padahal feses akan kering dan mengeras karena penyerapan oleh usus terus dilakukan. Akibatnya, ketika Anda kembali merasa mulas di kemudian hari, BAB menjadi lebih sukar dikeluarkan bahkan bisa memicu kostipasi atau sembelit. Tidak jarang pula darah ikut keluar saat BAB karena anus terluka oleh kerasnya feses.
Selain itu, karena massa yang bergerak dalam rektum ditahan anus, risiko gangguan otot anus tidak bisa dihindari. Di lain sisi, membiarkan bakteri dan kuman menumpuk di usus juga berisiko pada peradangan, infeksi usus, memicu sel kanker usus, bahkan kematian.
Ada segudang alasan karyawan kantoran menunda BAB. Mulai dari takut terlambat, pekerjaan tidak bisa ditinggalkan, toilet kotor atau tidak nyaman, takut karena isu horor di toilet, antre, sampai dengan alasan mengada-ada yakni malas. Padahal ketika alasan-alasan tersebut digunakan untuk mendapatkan pembenaran atas tindakan menunda BAB, karyawan telah sengaja mencederai diri sendiri dengan mengganggu kelancaran metabolisme tubuh.