Presiden sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konsultasi bisnis, Donn Carr, menyatakan bahwa pemicu awal karyawan terbaik mengundurkan diri adalah perusahaan dan atasan.
Setiap perusahaan tentu mengidamkan karyawan dengan kinerja terbaik. Itu sebabnya, ada proses rekrutmen sebagai filter. Sejumlah persyaratan sengaja dipasang demi menghalau calon pelamar yang tidak diharapkan. Seleksi bahkan kerap kali terdiri atas beberapa tahap, seperti administrasi, wawancara, sampai dengan tes. Tidak berhenti sampai di situ, setelah karyawan baru diterima biasanya masih ada tahap pelatihan (training) 1—3 bulan, bergantung kebijakan perusahaan. Jika selama masa pelatihan karyawan tidak menunjukkan kinerja yang diharapkan, biasanya akan diberhentikan. Demi memilih seorang karyawan, perusahaan harus menyediakan waktu, tenaga, dan biaya.
Dengan demikian, jelas bahwa memilih karyawan bukanlah hal remeh. Lantas, bagaimana jika perusahaan telah memiliki karyawan yang sesuai bahkan dengan kinerja sangat baik tetapi harus rela ditinggalkan karena adanya pengajuan surat pengunduran diri? Nah lo, apa penyebabnya? Berikut 7 alasan karyawan terbaik mengundurkan diri.
1. Tidak ada apresiasi
Pengakuan atas kinerja karyawan tidak boleh diabaikan, baik sekadar ucapan terima kasih, pujian, hadiah, ataupun kenaikan pangkat dan/atau gaji. Jika atasan menganggap usaha terbaik karyawan sebagai hal biasa yang sepatutnya dilakukan, dapat membuat karyawan merasa tidak dihargai. Selain itu, tidak seharusnya karyawan cemerlang diperlakukan sama seperti karyawan yang kerjanya biasa saja. Jika tidak, akan muncul persepsi ‘kerja bagus atau biasa, sama saja’. Apalagi hingga Anda membuat kesalahan fatal dengan mempromosikan karyawan yang salah, yang kinerjanya tidak cukup bagus. Hal itu tidak hanya akan membuat karyawan terbaik merasa tidak dihargai, tetapi juga merasa terhina karena dilampaui oleh karyawan dengan kinerja buruk. Percayalah bahwa karyawan terbaik selalu ingin memberikan kontribusi dan hasil yang lebih pada perusahaan. Oleh sebab itu, jaga dan peliharalah keinginan tersebut dengan apresiasi yang Anda berikan.
2. Ketidakpedulian atasan
Menurut Carr, atasan yang tidak peduli akan melihat lebih banyak karyawan masuk dan keluar. Ketidakpedulian atasan berpengaruh pada banyaknya tingkat karyawan yang masuk dan keluar. Lebih dari sebagian karyawan yang mengundurkan diri disebabkan oleh hubungan mereka dengan atasan.
3. Karyawan tidak berkembang
Karyawan terbaik selalu ingin mengembangkan kemampuannya. Sayangnya, tidak sedikit atasan yang memasrahkan kewajiban untuk membantu karyawan berkembang kepada HRD. Akibatnya, karyawan akan merasa bosan lalu mengundurkan diri karena selalu berada di titik yang sama. Padahal jika kemampuan karyawan yang sudah baik terus dikembangkan, bisa membuat mereka memberikan hasil tak terduga bahkan melampaui batas kemampuannya.
4. Ingkar janji
Kejujuran menjadi salah satu faktor penting yang membuat Anda mempertahankan seorang karyawan. Seperti halnya Anda, karyawan juga menjadikan kejujuran sebagai alasan penting untuk bertahan di perusahaan. Itu sebabnya, Anda harus berhati-hati dalam bertindak bahkan berucap. Jika sebuah janji-yang mungkin tanpa sadar diberikan-Anda ingkari, bisa membuat Anda kehilangan karyawan terbaik walaupun janji itu tidak tertulis. Karyawan cenderung mengingat janji Anda meski hanya diberikan secara verbal. Jadi, tepatilah janji apapun yang sudah terlanjur Anda berikan demi menjaga kepercayaan karyawan dan membuatnya tetap tinggal.
5. Pembatasan berlebihan
Perlu Anda ketahui bahwa pola pikir dan kreativitas antara atasan tentu berbeda dengan karyawan. Yang seharusnya Anda lakukan adalah memberikan kebebasan bertanggung jawab kepada karyawan untuk menyalurkan kreativitasnya, bukan malah menjadikan karyawan sebagai boneka yang sama persis dengan Anda. Hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Anda, bisa jadi telah ada di benak karyawan. Biasanya karyawan terbaik menginginkan adanya perubahan di tempat kerjanya. Hal itu karena karyawan melihat ada yang perlu diperbaiki di tempat kerjanya, yang selama ini tidak diketahui atau dirasakan atasan. Kesalahan yang sering dilakukan atasan adalah tidak terbuka pada gagasan karyawan dan cenderung antiperubahan.
Pembatasan lainnya yang bisa membuat karyawan tidak betah adalah aturan perusahaan. Ingatlah bahwa aturan yang dibuat ditujukan untuk manusia, bukan robot yang bisa Anda atur seenaknya. Aturan yang dibuat hendaknya dapat menciptakan ketertiban perusahaan tanpa mengabaikan kenyamanan karyawan.
6. Tidak Ada Ketegasan
Tahukah Anda bahwa reaksi atasan terhadap karyawan yang kurang bertanggung jawab pada pekerjaannya sangat diperhatikan karyawan? Jika Anda membiarkan kinerja buruk tetap berlangsung tanpa ada peringatan atau sanksi, dapat menciptakan suasana kerja yang tidak baik. Membiarkan kinerja buruk berada di tempat kerja seperti halnya membiarkan virus flu menular ke seluruh penghuni rumah. Ya, karyawan yang awalnya baik dalam bekerja bisa menjadi buruk karena karyawan lain di tempatnya bekerja juga buruk dan dibiarkan.
7. Tidak Membahagiakan
Individu yang bahagia dalam bekerja akan menunjukkan hasil yang lebih baik. Hal itu karena karyawan yang bahagia cenderung lebih giat dan bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaannya. Satu di antara cara untuk membuat karyawan terbaik betah di perusahaan Anda adalah dengan membuatnya bahagia. Memberi kesempatan bagi mereka untuk menggeluti pekerjaan yang disenangi bisa membuat produktivitas mereka meningkat. Kebahagiaan karyawan sekaligus menjadi tolok ukur kesehatan perusahaan. Itu sebabnya, banyak perusahaan besar yang sangat memerhatikan kebahagiaan karyawannya.
Menurut Travis Bradberry, penulis terkemuka Amerika, Anda harus memikirkan dengan hati-hati perlakuan yang diberikan kepada karyawan terbaik, jika ingin mereka tetap bekerja di perusahaan Anda. Oleh sebab itu, sebagai atasan Anda harus bijak dalam bertindak dan ingatlah bahwa karyawan terbaik adalah aset berharga dalam perusahaan. Maka, bertindak dan bersikaplah layaknya orang yang membutuhkan.