Waspadai Gelombang Turnover Pasca Lebaran

Tingginya gelombang turnover pasca libur lebaran merupakan hal yang masih sering dialami oleh banyak perusahaan di tanah air hingga saat ini. Fenomena resign beramai-ramai yang dilakukan oleh karyawan setelah libur lebaran ini merupakan salah satu masalah serius yang harus diwaspadai oleh perusahaan dan menjadi perhatian serius terutama bagi divisi human resource, pasalnya hal ini bisa memberikan konsekuensi atau dampak negatif dan merugikan bagi perusahaan.

 

Dampak Turnover Pasca Lebaran

Ada beberapa konsekuensi atau dampak negatif maupun positif yang bisa dialami perusahaan akibat terjadinya turnover yang tinggi pasca lebaran, yakni:

  • Dampak Positif
    Resign-nya beberapa karyawan dengan kualitas kerja yang kurang baik dan produktivitas rendah bisa memberikan keuntungan pada perusahaan sebagai proses seleksi alami yang menggeser karyawan berkualitas rendah untuk efisiensi perusahaan. Dengan demikian HRD tidak perlu bersusah payah memproses penghentian kerja bagi karyawan berkualitas rendah yang hanya menjadi beban keuangan perusahaan.
     
  • Dampak Negatif
    Jika resign dilakukan oleh karyawan dengan kualitas dan produktivitas tinggi maka akan menjadi masalah bagi perusahaan untuk kembali mencari kandidat karyawan pengganti dengan performa yang sama baiknya. Bahkan, resign yang dilakukan oleh karyawan berkualitas rendah pun namun jika jumlahnya terlalu banyak dalam waktu yang bersamaan maka akan berpotensi mengganggu operasional perusahaan jika tidak segera mendapatkan penggantinya.

 

Penyebab Turnover Pasca Lebaran

Begitu luar biasanya dampak dari gelombang turnover pasca libur lebaran bagi perusahaan. Daripada positifnya, jelas lebih banyak dampak negatifnya. Perlu dipahami mengapa momen setelah libur lebaran menjadi waktu favorit bagi kebanyakan karyawan untuk resign atau mengundurkan diri dari tempatnya bekerja sehingga menimbulkan dampak negatif yang cukup besar bagi kelangsungan perusahaan.

Berikut beberapa hal yang disinyalir kuat sebagai penyebab terjadinya turnover pasca lebaran, antara lain:

  1. Cairnya THR
    Tidak menutup kemungkinan bahwa banyak karyawan yang pada jauh-jauh hari telah merencanakan pengunduran dirinya dengan berbagai alasan seperti:
    • ??Pertumbuhan perusahaan yang buruk sehingga karyawan merasa tidak bisa mengembangkan karirnya jika terus bertahan di tempatnya bekerja saat ini.
    • Mendapatkan gaji dan insentif yang kurang dapat mencukupi kebtuhannya.
    • Merasa kurang dihargai perusahaan karena mengetahui gajinya lebih kecil daripada gaji yang diterima teman seprofesinya yang bekerja di perusahaan lain.
    • Bosan dan merasa kurang tertantang dengan pekerjaannya atau justru sebaliknya, tidak sanggup dengan tantangan kerja yang ada.
    • Tidak puas pada perusahaan karena merasa hasil kerjanya tidak diapresiasi.
    • Merasa tidak nyaman dengan budaya di perusahaan seperti tidak adanya komunikasi terbuka antara manajer dan karyawan, terjadi konflik dengan atasan atau sesama rekan kerja dan sebagainya.

Berbagai alasan tersebut bisa membuat karyawan memiliki keinginan untuk mengundurkan diri secara terencana, yakni menunggu hingga libur lebaran usai karena menunggu cairnya THR yang bisa digunakan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan sebelum menemukan pekerjaan baru.
 

  1. Tidak Menerima THR
    Meskipun penerimaan THR menjadi penyebab pemilihan pasca lebaran sebagai waktu favorit karyawan untuk resign, namun di sisi lain tidak cairnya THR atau dikarenakan karyawan tidak mendapatkan hak THR dari perusahaan maka hal ini bisa membuat karyawan merasa kecewa dan memilih resign jika tidak mendapati iktikad baik dari perusahaan untuk memberikan THR hingga lebaran telah usai. Menurut CEO Wagely Tobias Fischer, perayaan hari raya Idul Fitri atau lebaran semestinya diisi dengan momen menyenangkan bersama keluarga atau sahabat tanpa harus ada tekanan finansial setelah bekerja keras. Begitu pentingnya THR bagi karyawan, maka jika kewajiban pemberian THR ini tidak ditunaikan oleh perusahaan maka tentu akan membuat karyawan sangat kecewa dan memilih resign untuk kemudian mencari pekerjaan di perusahaan lain yang lebih profesional dan memperhatikan kesejahteraan karyawannya.
     
  2. Terpengaruh Keluarga atau Teman
    Momen lebaran identik dengan waktu bertemu, berkunjung dan berkumpul dengan keluarga besar atau teman-teman. Namun sayangnya, dalam pertemuan yang seharusnya penuh suka cita ini seringkali justru menjadi ajang pamer pencapaian, membanding-bandingkan kondisi setiap orang, tak terkecuali dalam hal yang berkaitan dengan status ekonomi dan sosial seperti pekerjaan, karir atau pendapatan. Hal ini pun akhirnya membangkitkan rasa tidak puas dalam diri karyawan yang menganggap pencapaiannya kurang jika dibandingkan dengan yang lainnya, sehingga mendorong keinginannya untuk pindah kerja dengan harapan bisa memperbaiki kondisi sosial dan ekonominya.
     
  3. Masa Libur yang Panjang
    Berkaitan dengan poin 3, yakni keinginan pindah kerja karena adanya pengaruh dari keluarga atau teman, biasanya akan berlanjut dengan aksi pertama yakni membicarakannya dengan keluarga inti seperti orangtua atau pasangan terkait keinginannya untuk pindah kerja, lalu aksi berikutnya yakni mulai mencari-cari lowongan kerja di perusahaan lain. Semakin panjang waktu libur yang dimiliki maka semakin leluasa pula bagi karyawan yang bersangkutan untuk mempertimbangkan keputusan resign bahkan melayangkan surat lamaran ke perusahaan lain.
     
  4. Banyaknya Lowongan Kerja
    Cukup banyak perusahaan yang telah memahami bahwa momen setelah libur lebaran merupakan waktu dengan tingkat turnover yang tinggi, oleh karenanya banyak perusahaan yang telah mempersiapkan diri dengan memperhatikan adanya karyawan-karyawan potensial dari perusahaan lain yang kemudian akan ditawari kerja di perusahaannya. Karyawan yang menyimpan rasa ketidakpuasan atau kekecewaan pada perusahaan tempatnya kerja tentu akan mudah untuk keluar dan mencoba pekerjaan baru.

 

Cara Mengatasi Dampak Turnover Pasca Lebaran

Dampak negatif sebagai konsekuensi terjadinya turnover yang tinggi pasca libur lebaran membuat perusahaan tak bisa memiliki pilihan lain selain mencari karyawan baru sebagai satu-satunya cara untuk mengatasinya. Namun, hal ini cukup merepotkan karena proses perekrutan yang tidak sebentar dan cukup rumit serta pastinya memakan biaya. Ini juga menjadi sebuah tugas berat bagi tim HRD untuk menyelenggarakan proses perekrutan karyawan baru karena berpotensi membuat tugas lain yang dimiliki HRD menjadi terhambat.

Jika dalam dunia kesehatan kita mengenal istilah ‘mencegah lebih baik daripada mengobati’, hal ini pun berlaku untuk dijadikan solusi terbaik dalam menghadapi fenomena tingginya turnover pasca libur lebaran, yaitu dengan melakukan langkah pencegahan.

 

Cara Mencegah Turnover Pasca Lebaran

Ada beberapa cara ampuh yang bisa dilakukan untuk mencegah peningkatan gelombang turnover pasca libur lebaran pada perusahaan, yaitu:

  1. Memperhatikan Kesejahteraan Seluruh karyawan
    Sudah semestinya perusahaan memperhatikan kesejahteraan seluruh karyawannya, karena karyawan yang sejahtera cenderung akan memberikan loyalitas pada perusahaan dan mampu meningkatkan produktivitasnya. Perhatian kesejahteraan karyawan ini bisa dalam bentuk pemberian gaji dan insentif yang pantas, apresiasi prestasi kerja karyawan secara objektif berdasakan data akurat seperti data kedisiplinan atau kehadiran kerja dari mesin absensi pada karyawan yang bekerja di kantor atau pabrik serta dari App FiO bagi karyawan mobile. Selain itu, tunaikan pula pemberian hak-hak lainnya seperti jaminan sosial, jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, hingga pemberian THR yang bisa bermanfaat untuk meningkatkan loyalitas dan mengurangi turnover.
     
  2. Memberikan Program Pengembangan Karyawan
    Ada beberapa tipe karyawan yang motivasi kerjanya hanya untuk mendapatkan uang. Namun ada juga tipe karyawan yang ambisius dan idealis dimana selain untuk mendapatkan uang juga menginginkan kesempatan untuk terus bertumbuh dan berkembang. Maka sebab itu, perusahaan harus memberikan fasilitas pelatihan, pendidikan serta jenjang karir dengan penyampaian informasi dan sistem yang jelas.
     
  3. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Baik
    Lingkungan perusahaan atau budaya kerja yang tidak baik akan membuat karyawan merasa tidak nyaman, sehingga menimbulkan keinginan untuk resign. Antisipasi hal ini dengan adanya komunikasi yang terbuka antara perusahaan yang bisa diwakili oleh manajer atau HRD dengan seluruh karyawan. Berikan kesempatan bagi karyawan untuk mengutarakan pendapat dan keluh kesahnya hingga membantu memberikan solusi atas masalah yang sedang dihadapinya.
     
  4. Meningkatkan kredibilitas Perusahaan
    Perusahaan harus selalu membuka diri dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi untuk meningkatkan kredibilitasnya di mata klien, pelanggan serta karyawannya. Bekerja di perusahaan yang memiliki kredibilitas baik akan membuat karyawan merasa bangga dan enggan berpindah ke perusahaan lain. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menambah kredibilitas perusahaan di mata karyawan adalah dengan memberikan sentuhan teknologi modern pada perusahaan seperti menggunakan mesin absensi touchless Fingerspot yang mudah digunakan dan kekinian yakni Revo WDV-204BNC dan Revo WFV-208BNC, ditambah App FiO yang memudahkan karyawan untuk melakukan absen kapanpun dan di manapun.

Segala pekerjaan yang berhubungan dengan pengelolaan karyawan memang rumit, menyita banyak waktu, tenaga, fikiran dan biaya. Sedangkan fenomena tingginya gelombang turnover pasca libur lebaran merupakan satu dari sekian banyak tugas pelik yang harus dihadapi HRD. Oleh karenanya, Fingerspot hadir untuk membantu HRD dalam melakukan tugas pengelolaan karyawan secara menyeluruh agar lebih mudah, praktis, efisien dan efektif.