Kewalahan Hadapi Pekerja Milenial? Pakai Cara Ampuh Ini!

Generasi milenial yang lahir pada tahun 80-an hingga 90-an memang terkenal sebagai ‘kutu loncat’ dalam dunia kerja. Sebutan ini disematkan pada mereka bukan tanpa sebab, melainkan karena kebanyakan dari generasi ini memiliki kecenderungan suka berpindah-pindah kerja atau resign dalam masa kerja kurang dari 2 tahun. Tak urung hal ini membuat banyak perusahaan kewalahan, karena semakin tinggi tingkat turn-over maka semakin bertambah beban kerja tim HRD dengan banyaknya tugas yang harus dilakukan terkait proses resign dan recruitment kerja.

Namun sebenarnya, dibalik stigma negatif sebagai ‘kutu loncat’, kaum milenial ini menyimpan potensi besar, bakat, keunikan dan keistimewaan tersendiri. Sehingga, jika perusahaan mampu menyikapi dengan baik, maka kehadiran kaum milenial yang unik ini justru akan dapat mengantarkan perusahaan menuju kesuksesan serta tercapainya visi misi perusahaan, seperti yang dialami oleh beberapa perusahaan besar dunia.

Pentingnya kehadiran pekerja milenial harus benar-benar disadari, mengingat kemampuan mereka terhadap perkembangan teknologi informasi terkini, serta berbagai fenomena sosial masyarakat atau target konsumen, agar perusahaan dapat bertahan dan terus berkembang. Jangan sampai bernasib sama dengan beberapa perusahaan besar yang akhirnya pailit karena kalah saing dengan perusahaan yang lebih milenial dengan para pekerjanya yang dinamis. Sebut saja Blockbuster, jaringan bisnis persewaan film ternama yang bangkrut di tahun 2013 setelah tumbang melawan pesaing barunya yaitu Netflix dan iTunes. Ada juga Barnes & Noble, peritel buku terkenal dan terbesar di dunia yang tak sanggup bersaing dengan toko buku online seperti pada Amazon.com, dan masih banyak lagi perusahaan-perusahaan besar yang tak mampu bertahan karena tidak beradaptasi dan bertransformasi dengan segala perubahan zaman.

Kabar baiknya, kemampuan perusahaan dalam beradaptasi dan bertransformasi ini terletak pada kekuatan para pekerja milenial yang ada di dalamnya. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) modern banyak dikuasai oleh para pekerja milenial yang mana sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk meningkatkan produktivitas, lebih kompetitif dan mampu bertahan di masa disrupsi teknologi seperti saat ini. Pahami bahwa konsekuensi dari kemajuan teknologi telah mencabut tatanan, rutinitas, cara kerja, serta cara komunikasi dari yang dulunya tradisional kini menjadi lebih modern, dari yang dulunya konvensional kini menjadi lebih digital. Maka jangan kaget jika menemui keunikan pada pekerja milenial di perusahaan.

Namun, menghadapi para pekerja yang termasuk dalam kaum milenial ini tidak pula dapat dikatakan mudah. Banyak perusahaan yang mengeluhkan betapa sulitnya mencari atau mempertahankan karyawan usia milenial.

Jika merasa kewalahan dalam menghadapi para pekerja milenial sebaiknya lakukan 2 cara ampuh, yakni memahami dan memberi solusi. Pahami dahulu kecenderungan gaya bekerja kaum milenial, kemudian berikan solusi terbaik untuk menghadapinya.

 

GAYA KERJA KAUM MILENIAL

  1. Menyukai Zona Nyaman
    Lahir pada era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan pada kaum milenial. Hal ini pula yang membuat mereka cenderung menyukai zona nyaman ketika bekerja. Stigma tak ‘tahan banting’ atau ‘mudah menyerah’ seringkali ditujukan pada mereka. Memang tak sedikit kejadian dimana karyawan milenial yang langsung mengajukan resign ketika dimarahi atasan, sehingga manajemen perusahaan seringkali kewalahan dalam memproses resign yang begitu banyak, serta recruitment yang terus menerus. Sebagai solusinya, HRD bisa menggunakan Fingerspot.iO untuk membantu dalam memproses karyawan yang sering keluar masuk dengan sangat mudah, praktis dan cepat, cukup dengan satu klik resign saja. Selain itu, manajemen perusahaan juga harus mampu membuat pekerja milenial betah dengan cara menumbuhkan lingkungan kerja yang lebih positif.
     
  2. Mudah Stres
    Berbagai survei termasuk hasil survei dari Asosiasi Psikologis Amerika menyebutkan bahwa banyak pekerja milenial yang mengalami masalah kesehatan mental, seperti kelelahan dan frustasi, sehingga bagi mereka yang sudah tidak nyaman akan segera mengundurkan diri. Sebagai solusinya perusahaan dapat menawarkan fleksibilitas dalam hal waktu, tempat dan cara penyelesaian tugas kerjanya, seperti dengan memberikan sistem kerja 100% WFH maupun hybrid yakni kombinasi antara WFO dan WFH. Dengan demikian, para karyawan dalam usia milenial yang terkenal memiliki kreativitas tinggi, tidak suka diatur dan menyukai kebebasan ini dapat memaksimalkan potensinya dalam bekerja lewat sistem kerja online yang sesuai dengan gaya mereka. Dengan memanfaatkan Fitur Pantau Kinerja dan Absensi Realtime dari Fingerspot.iO manajemen perusahaan tetap dapat memantau kinerja dan produktivitas, serta kedisiplinan karyawan kapan saja, di mana saja secara mudah, praktis dan akurat, sehingga sistem kerja fleksibel yang diberikan pada karyawan milenial bisa berjalan dengan lancar dan hasil yang optimal.
     
  3. Semangat Belajar Tinggi
    Di sisi lain, para pekerja milenial juga terkenal sangat menyukai tantangan dan semangat dalam belajar. Jika generasi sebelumnya memiliki kecenderungan menolak perubahan, susah beradaptasi dan enggan mempelajari hal-hal baru, maka berbeda dengan generasi milenial yang lebih terbuka, tertantang dan bersemangat dalam mempelajari hal baru dan selalu siap dengan perubahan yang akan terjadi. Sebaiknya perusahaan tidak mengesampingkan salah satu potensi besar pekerja milenial ini. Mulai dari sosialiasasi kebijakan baru, pengenalan dan pembelajaran produk atau layanan  baru, brainstorming strategi bisnis hingga berbagai materi pembelajaran lainnya bisa dengan mudah dilakukan lewat Fitur Broadcast Pengumuman, Meeting Online Serta Fitur E-Learning pada Fingerspot.iO. Manajemen perusahaan dapat dengan mudah melaksanakannya, karyawan juga lebih mudah mengaksesnya bahkan dari ponselnya.
     
  4. Mendambakan Penghargaan
    Selain lingkungan kerja yang sehat secara emosional, para pekerja milenial juga mendambakan gaji yang sesuai. Pastikan bahwa perusahaan telah menggaji karyawan milenial ini sesuai dengan kualitas dan kontribusinya bagi perusahaan. Sebaiknya manajemen perusahaan secara rutin melakukan assessment pada karyawan untuk mengetahui kualitas setiap karyawan. selain dengan penilaian kinerja dan kedisiplinan sehari-hari, aktivitas ujian karyawan juga sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan karyawan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan perusahaan dan pekerjaannnya. Lewat Fitur ujian online pada Fingerspot.iO manajemen perusahaan dan karyawan dapat dengan mudah dan efektif dalam melaksanakan proses ujian kapan saja,di mana saja.

Go Digital dengan para pekerja milenial telah dibuktikan efektivitasnya oleh banyak perusahaan ternama. Seperti Go-Jek yang didominasi karyawan milenial dan telah mengembangkan budaya kerja yang bebas dan fleksibel, tanpa mengenal istilah jam kantor dengan memberikan kemudahan bagi karyawannya dalam menyelesaikan setiap pekerjaan dan tanggung jawabnya. Contoh lainnya adalah fakta yang diungkap oleh Kepala HRD Dell Technologies, Steve Price, bahwa 60% karyawan Dell bekerja pada waktu sebelum atau sesudah jam kantor dimana dua pertiganya menyelesaikan tugas kerjanya di rumah dan berbagai tempat umum.

Dengan adanya dukungan teknologi digital, maka gaya kerja kaum milenial ini tidak akan menjadi penghalang kemajuan suatu bisnis, justru mampu meningkatkan daya saing dengan kompetitor, menguatkan ketahanan bisnis, serta mempermudah pencapaian tujuan perusahaan. Kini, telah banyak perusahaan dari bebagai skala dan jenis usaha yang mantab menggunakan Fingerspot.iO karena telah teruji dan terbukti mampu membantu memudahkan manajemen perusahaan dan karyawan dalam kelancaran berbagai sistem kerja agar lebih optimal dan efisien.